Selasa, 25 Juni 2013

Mungkin mimpiku semalam.

         Tak terasa kita lumayan lama tak berjumpa. Berjumpa untuk saling menyapa hatinya masing-masing. Lucunya kita ini, hal yang bodoh telah kita lakukan. Mungkin karena ini semua termasuk bagian cerita cinta kita berdua. Sungguh elok dirimu, membuatku terpaku dan membisu dikegelapan malam. Bulan yang indah menjadi saksi kita berdua. Malaikat-malaikat kita pun mencatat kita. Mendengarkan semua yang kita bicarakan, melihat apa yang kita lakukan. Di situ aku sadar, aku bukan siapa-siapamu. Aku juga tak pernah akan menjadi bagian dari hidupmu. Menjadi seseorang yang pernah terlihat dihidupmu saja aku sudah bersyukur.
         Trauma rasanya mengingat-ngingat saat itu. Terpaku, terdiam dan tak berkutik dihadapanmu. Aku tau ini bukan mimpi. Bukan juga naskah sinetron hayalanku. Tapi, ini takdirku. Takdir yang sudah digoreskan tuhan untukku. Untuk aku dan dirimu. Rasanya masih mustahil saja dirimu melakukan itu padaku. Aku masih tidah manyangka dirimu bisa seperti itu. Melakukan hal yang tidak tertebak oleh firasatku. Firasat yang selalu peka akan semua hal tentangmu.
          Matahari mulai menyinari. Burung-burung pun berkicauan kesana kemari. Dan aku pun mulai terbangun dari tidurku. Aku terbangun dengan perasaan bahagia bercampur kecewa. Pagi itu aku merasa mimpiku semalam terasa istimewa. Mimpi melihat wajahmu secara dekat dan berbincng-bincang denganmu, sementara sebelumnya kita tak pernah menyapa satu sama lain. Aku disini merasa seperti" punuk yang merindukan bulan." Ajaib bukan? aku melihat pesan dengan bertuliskan namamu. Dari itu aku mulai sadar, aku tidak bermimpi lagi ;'). Itu nyata, bukan lagi punuk yang merindukan bulan. Aku masih tidak percaya akan hal itu.
          Berdiam diatas jalan membuatku semakin ingat kejadian itu, entah kenapa aku takut, namun aku juga bahagia:'). Rasanya aneh, tidak seperti biasanya aku merasakan hal yang bercampur aduk seperti itu.
         Melihat deburan ombak, dengan semilir pantai yang tidak begitu kencang, aku mulai berfikir. Kenapa hal itu bisa terjadi secepat itu? Secepat angin laut membawa ombak ketepian pantai. Menggulung terus menggulung dan pergi lagi. Apa kisahku denganmu akan seperti ombak itu? Yang datang dan pergi, yang saling berpapasan, yang besar dan kecil? Indah juga kalau kisahku seperti itu.
         Akhir-akhir ini pekerjaanku beralih menjadi penunggu surat. Menunggu setiap jawaban yang aku minta dari setiap pertanyaanku kepadamu disela-sela waktuku. Entah pagi, entah siang, dan entah malam sepertinya akan terbiasa dengan menunggu surat itu. Surat yang isinya bermacam-macam bentuk, dari yang sedih,kecewa,marah,bahagia ataupun datar. Saat ini dirimu mulai berterus terang kepadaku. Namun sayang, aku tak lagi ada perasaan yang lebih denganmu. Semua ini karenda kita punya perbedaan yang lebih. Lebih dari yang lain. Semoga saja dirimu menemukan sepertiku dilain tempat, tapi bukan aku :') dan aku, aku berdoa juga semoga ada orang sepertimu di tempat lain yang akan menemaniku nanti.


#cerpen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar